ACEHSINGKIL – Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, pada Minggu, 30 Juni 2024, mengungkapkan bahwa pemerintahannya tidak mengatur secara ketat bagaimana Kyiv harus berkomunikasi dengan Moskow di masa depan. Namun, Zelensky menyebutkan bahwa dialog mungkin bisa terjadi melalui pihak ketiga.
Ia menyarankan bahwa format dialog antara Kyiv dan Moskow dapat menggunakan mediator, seperti yang diterapkan dalam kesepakatan impor gandum melalui Laut Hitam pada tahun 2022.
Sebelumnya, Kyiv menolak ajakan Rusia untuk berkomunikasi secara langsung, dengan menuduh Moskow tidak memiliki niat baik dalam melakukan negosiasi yang konstruktif.
Pada akhir 2022, Zelensky menerbitkan dekrit yang menyatakan bahwa negosiasi dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, adalah mustahil.
Moskow tetap bersedia untuk berdialog dan bernegosiasi dengan Kyiv, asalkan Ukraina mau melepaskan wilayah-wilayah yang telah dikuasai Rusia selama perang.
Pada musim gugur 2022, empat wilayah di Ukraina secara resmi bergabung dengan Rusia melalui serangkaian referendum. Pemerintah Ukraina tidak pernah mengakui hasil referendum tersebut dan tetap mengklaim keempat wilayah itu, termasuk Krimea, sebagai bagian dari Ukraina.
Dalam wawancara dengan Philadelphia Inquirer, Zelensky menyatakan bahwa Ukraina mungkin dapat menemukan cara untuk menyelesaikan konflik dengan Rusia.
Ia merujuk pada keberhasilan Turki dan PBB sebagai mediator dalam kesepakatan ekspor gandum dan produk pertanian Ukraina.
Ankara dan PBB telah menandatangani kesepakatan secara terpisah dengan Moskow dan Kyiv, yang memungkinkan kesepakatan ekspor gandum ini berfungsi dengan baik.
Pada Maret 2024, Moskow dan Kyiv kembali mengadakan kontak untuk membahas kesepakatan gandum. Namun, menurut Reuters, negosiator dari Ukraina mundur dua bulan setelah perundingan dimulai.
“Kita bisa mencapai kesepakatan mengenai integritas teritorial, energi, dan kebebasan bernavigasi antara Moskow dan Kyiv dalam format yang sama,” kata Zelensky.
Ia juga menyarankan negara-negara lain untuk ikut menjadi mediator, bukan hanya negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, tetapi juga dari Asia, Afrika, dan Amerika Selatan untuk membantu menyiapkan dokumen yang akan diajukan kepada Moskow dan Kyiv.[]