Langit Teluk Nibung pagi itu cerah. Di halaman rumah-rumah penduduk, tampak barisan cengkeh berwarna coklat tua dijemur rapi di atas terpal putih. Aromanya tajam menusuk hidung, khas panen raya yang lama dinanti.

Musim panen tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Sejak awal Mei, warga Desa Teluk Nibung, Kecamatan Pulau Banyak, telah bersibuk diri dengan kebun cengkeh mereka. Hasilnya menggembirakan meningkat sekitar 20 persen. 

Diperkirakan, produksi tahun ini mencapai 2,5 ton, jauh lebih tinggi dari tahun lalu.

“Panen kali ini sangat memuaskan,” ujar Istaman, Kepala Dusun setempat. 

Suaranya penuh semangat saat ditemui di sela-sela memeriksa jemuran cengkeh. 

“Ini menyemangati kami para petani untuk terus merawat kebun dengan lebih serius.”

Cengkeh yang telah dikeringkan nantinya akan dikirim ke Medan, tempat pabrik-pabrik penampung siap menampung hasil kerja keras mereka. 

Bagi warga Teluk Nibung, panen ini bukan sekadar rutinitas tahunan. Ini adalah sumber harapan, penyambung hidup, dan kebanggaan desa yang selama ini dikenal dari hasil lautnya.

Namun, Istaman juga menyampaikan harapan agar pemerintah lebih hadir. 

“Kami butuh dukungan, mulai dari pupuk, bibit, sampai alat-alat pertanian. Karena selain laut, pertanian di sini sangat menjanjikan — ada cengkeh, pinang, dan kelapa,” tambahnya.

Di tengah aroma cengkeh yang menguar di udara, Teluk Nibung tampak tersenyum. Desa kecil ini kembali menunjukkan bahwa semangat dan kerja keras masyarakat bisa menjadi kekuatan besar dalam membangun ekonomi dari akar rumput.[]