Aceh Singkil – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Abdur Rauf (STAISAR) Aceh Singkil mengecam keras lambatnya penanganan konflik antara buaya dan manusia oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Aceh Singkil serta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh.
Ketua BEM STAISAR, Syahrul, dalam keterangannya kepada media pada Rabu (12/2/2025) pagi, menyoroti meningkatnya kasus serangan buaya terhadap warga yang menyebabkan luka-luka hingga korban jiwa.
“Setiap terjadi konflik, mengapa manusia yang selalu menjadi korban? Korbannya mengalami luka ringan, luka berat, bahkan ada yang meninggal akibat keganasan buaya air tawar dan air asin,” ujar Syahrul.
Lima Kasus Serangan Buaya dalam Dua Tahun
Berdasarkan pantauan BEM STAISAR, sejak Kabupaten Aceh Singkil dipimpin oleh Pj. Bupati Drs. Azmi MAP, telah terjadi lima kasus serangan buaya terhadap warga.
- 4 Agustus 2023 – Ardiansyah, warga Kuala Baru Sungai, Kecamatan Kuala Baru, diserang buaya namun berhasil selamat dengan luka di bagian kiri tubuhnya.
- 21 Januari 2024 – Mei Swakarya Zendrato, warga Desa Ujung Sialit, Pulau Banyak, meninggal dunia akibat serangan buaya air asin saat mencari ikan di laut.
- 8 Oktober 2024 – Ama Nota, nelayan asal Desa Asantola, Kecamatan Pulau Banyak Barat, diserang buaya dan mengalami luka serius, namun kondisinya berangsur membaik setelah mendapat perawatan medis.
- 27 Januari 2025 – Kaetek, seorang ibu rumah tangga dari Desa Teluk Rumbia, Kecamatan Singkil, diserang buaya saat mencari siput dan eceng gondok untuk pakan bebek. Ia berhasil selamat dengan luka di tangan kanan.
- Terbaru – Nenek Sawiah, warga Desa Rantau Gedang, menjadi korban serangan buaya hingga meninggal dunia.
Dari lima kasus tersebut, dua orang meninggal dunia, sementara dua lainnya mengalami cacat fisik akibat gigitan buaya.
BEM STAISAR Tuntut Pemda Bertindak
BEM STAISAR menilai pemerintah daerah lamban dalam menangani konflik ini. Syahrul mengungkapkan, meskipun Pj. Bupati Azmi mengklaim telah berkoordinasi dengan BKSDA Aceh, informasi yang diperoleh mahasiswa di Banda Aceh menyatakan sebaliknya.
“Kami menemukan bahwa pernyataan Pj. Bupati Azmi tidak sesuai dengan fakta. Kami ingatkan Pemda Aceh Singkil agar segera bertindak cepat sebelum ada korban jiwa lainnya,” tegas Syahrul.
Mahasiswa mendesak pemerintah untuk mengambil langkah serius dalam mitigasi konflik buaya dan manusia, termasuk sosialisasi, patroli wilayah rawan, serta langkah konkret dalam penanganan satwa liar guna mencegah jatuhnya korban lebih lanjut.